Jumat, 12 Juli 2013

KONSPIRASI MENGHANCURKAN NEGARA ISLAM

Senjata Pembunuh Umat

Tanggal 1 Maret 2005 kemarin, pemerintah Indonesia menaikkan lagi harga Bahan Bakar Minyak. Yang padahal dengan harga lama saja mayoritas rakyat sudah hidup tercekik. Berbagai komponen masyarakatpun semakin banyak yang turun ke jalan melakukan aksi menolak harga BBM yang baru ini.
Di tengah hingar bingar penolakan kebijakan pemerintah yang tidak populis ini, pemerintah mencoba memalingkan kepala dan mata rakyatnya menghadap Ambalat, membelokkan amarah rakyat agar tertumpah kepada Malaysia, menumbuhkan emosi nasionalisme dan patriotisme mereka, dengan harapan dapat mereda ketidakpuasan mereka atas kenaikan harga BBM. Trik kuno.
Ya, trik untuk memalingkan perhatian seseorang dari satu hal ke hal lainnya memang trik kuno. Dan bagi sang korban yang tidak memakai otak dan akalnya, hal ini amatlah tidak terasa. Mereka tidak akan merasa bahwa fokus perhatian mereka sedang dialihkan. Trik ini biasa digunakan oleh orang tua kepada balitanya. Jika sang anak terlihat sedang asyik memainkan kelaminnya, maka orang tua harus segera mengalihkan tangan sang anak dengan memberikan mainan lain. Atau jika sang anak menangis keras karena minta sesuatu, maka orang tua akan berusaha menyuguhkan hal lain demi mengalihkan perhatiannya.
Pada banyak kasus, trik ini manjur sekali, apalagi jika sang pengalih perhatian memang pandai dalam memainkan. Sebab obyek penderitanya adalah balita, yang semua orang tahu kalo mereka belumlah sempurna akalnya. Sedangkan jika obyek penderitanya adalah orang dewasa, yang semua orang tahu bahwa mereka sudah sempurna akalnya, maka tentunya orang2 itu adalah orang2 bodoh! Atau mungkin, mikirnya ga pake otak.
Sedangkan jika kita tinjau lebih jauh lagi, permainan pengalihan perhatian tidak hanya sedang dimainkan atas 240.000.000 rakyat negeri ini, akan tetapi sedang terus dimainkan atas lebih dari 1.000.000.000 umat Islam penghuni planet bumi saat ini. Kejahatan dan kebiadaban negara2 Barat yang menyerang negeri2 Islam, menjarah kekayaan alamnya, membunuhi jutaan penduduknya, memperkosa para wanitanya, menempatkan boneka2nya sebagai pemimpin, mengadu domba antar warganya, hingga mayoritas umat ini seperti kerbau yang dicucuk hidungnya dan dikendalikan ke sana kian kemari; semua itu bisa tidak terasa sebagai sebuah musibah besar.
Dengan mengirim secuil bantuan untuk korban tsunami saja, mayoritas umat ini sudah menobatkan negara2 Barat itu sebagai sosok dewa penolong yang ikhlas dan baik hati. Para pemimpin negara2 Barat itu yang amat begitu lihainya dalam mengalihkan perhatian umat ini, ataukah mayoritas umat ini yang amat begitu bodohnya?!

Menengok Sejarah
Umat Islam sebenarnya adalah umat yang besar dan mulia. Dalam surat Ali ‘Imran ayat 110, Allah memberi label kepada umat ini sebagai umat terbaik. Superlative, tidak ada yang lebih baik dari umat Islam. Dan label yang disematkan Allah SWT ini bukanlah penghargaan kosong tanpa isi seperti halnya penghargaan Nobel Perdamaian, tapi memang benar2 padat berisi dan terbukti hingga 1300 tahun lamanya.
Selama belasan ribu tahun Islam benar2 terterapkan seutuhnya. Tidak dalam bentuk upacara keagamaan dan ritus2 spiritual belaka seperti zaman sekarang ini, akan tetapi utuh mewujud dalam bentuknya yang sempurna. Sekalipun tidak bisa dinafikan adanya person2 penguasa yang lalim juga kelompok2 yang menyimpangkan ajaran Islam, tapi secara bangunannya, ia adalah bangunan Islam, lengkap dengan semua sistem dan infrastruktur.
Hancurnya bangunan Negara Islam tidak lain karena konspirasi negara2 Barat yang memang benci dengan ajaran Islam dan dengki terhadap peradabannya yang gemilang.
Semua bermula pada rentang abad ke-11 hingga ke-12 Masehi. Negara Khilafah Islam yang didirikan Muhammad Rasulullah saw pada tahun 622 M, dan sedang menikmati wilayah kekuasaan yang amat luas, mulai menunjukkan benih2 perpecahan dalam tubuhnya. Beberapa wilayah ada yang memisahkan diri, ataupun melakukan otonomi luas seperti layaknya negara federasi. Perkembangan ini selalu dipantau oleh negara2 Eropa yang memang mengintai laksana srigala yang menunggu kelengahan mangsanya.
Ketika melihat waktunya tepat, mereka pun mengirim pasukan salib untuk menyerang kaum muslimin. Kaum kafir ini berhasil menguasai wilayah Palestina, Libanon dan Suriah. Perang ini berlangsung ratusan tahun. Sekalipun akhirnya kaum muslimin berhasil merebut kembali wilayah2 yang dikuasai pasukan salib dan mengusir mereka, akan tetapi harga diri mereka sebagai negara superpower sudah tercoreng, jiwa mereka tergoncang.
Tak lama setelah perang salib berakhir, datang pasukan Mongol menyerang kaum muslimin hingga terjadi pembantaian Baghdad yang memilukan. Wilayah Damaskus pun jatuh ke tangan bangsa Mongol. Namun Allah masih berkenan menolong umat Islam saat itu. Tentara Mongol banyak masuk Islam, sisanya diusir dari wilayah kekuasaaan Islam.
Negara Islam sejauh ini masih bisa mempertahankan statusnya sebagai negara superpower. Para srigala pengintai kembali memantau dari kejauhan, memutar otak, dan berdiskusi bersama bagaimana caranya menghancurkan Negara Islam.
Akhirnya mereka menemukan ide. Disraeli, Perdana Menteri Inggris keturunan Yahudi, suatu saat membawa sebuah al-Quran ke Gedung Parlemen dan berkata bahwa “kaum muslimin tidak akan dapat dikalahkan sampai ini, al-Quran, dijauhkan dari mereka.” Artinya, pemahaman Islam harus dicabut dari benak kaum muslimin agar mudah mengalahkannya. Dan inilah yang kemudian mereka lakukan. Mereka memulai langkahnya dengan menebar benih2 beracun nasionalisme untuk membuat kegoncangan besar2an dalam tubuh Negara Khilafah Islam.
Mereka juga belajar dari kenyataan, bahwa upaya mereka selama ini melalui berbagai perang, selalu mengalami kegagalan. Sementara upaya yang mereka lakukan di sejumlah wilayah Eropa seperti Serbia, Hongaria Bulgaria, Yunani dan sebagainya, mengalami keberhasilan. Karena upaya di negeri2 tersebut dimulai dengan membangkitkan semangat nasionalisme dan kecenderungan memisahkan diri yang disebut dengan “kemerdekaan”.
Eropa berusaha mewujudkan harapannya untuk menghancurkan Negara Islam dengan mengirim agen2nnya dengan menyamar sebagai misionaris yang dengan terbuka bergabung dalam berbagai bentuk bantuan pengetahuan dan kemanusiaan. Tidak bisa ditolak, kesalahan Khilafah Islam pada saat itu adalah mengijinkan kaum misionaris tersebut bergerak bebas, tanpa menyadari akibat yang akan menimpa.
Tujuan para misionaris Inggris, Perancis dan Amerika ini adalah untuk menanamkan keragu2an pada aqidah Islam, menjauhkan kaum muslimin dari pemahaman yang benar tentang Islam, dan menciptakan perpecahan antara kaum muslimin Turki, Persia dan Arab.
Selain melalui jalan misionaris, mereka juga berupaya menanamkan jiwa nasionalisme dengan langsung mendirikan organisasi2 yang berbasis etnik. Kegiatan mereka secara khusus dilakukan di Baghdad, Damaskus, Beirut, Kairo, dan Jeddah. Dua markas didirikan, yaitu di Istanbul Turki untuk menyerang Negara Islam Utsmaniyyah langsung di ibukotanya, dan di Beirut Libanon untuk menyerang Negara Islam melalui provinsi2nya, khususnya negeri2 yang menggunakan bahasa Arab.
Di Beirut, tahun 1847 didirikan suatu asosiasi yang dikenal  sebagai The Science and Arts Association yang dipimpin oleh dua orang Nasrani yang dikenal sebagai kaki tangan Inggris yang paling berbahaya yakni Butrus al-Bustani dan Nasif al-Yaziji, didukung oleh Kolonel Churchill dari Inggris, dan Eli Smith serta Cornilos van Dick dari Amerika.
Asosiasi lain didirikan pada tahun 1850 dengan nama Eastern Association oleh Gerakan Jesuit di bawah pengawasan Pendeta Jesuit Henri Debrenier dari Perancis. Lalu pada tahun 1857 sebuah asosiasi lain didirikan dengan membatasi anggotanya hanya dari bangsa Arab saja. Orang selain Arab tidak diperkenakan menjadi anggota asosiasi ini.
Pada tahun 1875 didirikan organisasi The Secret Association oleh lima pemuda Nasrani lulusan Universitas Protestan Beirut. Kelompok ini memusatkan kegiatannya atas dasar suatu ide politik, dan jadilah ia sebagai partai politik. Partai politik ini menyeru kepada Arab, Arabisme dan nasionalisme. Partai ini membangkitkan permusuhan kepada Daulah Utsmaniyah serta menyebutnya sebagai “Negara Turki”.
Sedangkan markas di Istanbul dimanfaatkan untuk menyerang negara Islam di pusat pemerintahan dengan menyerang pejabat2nya. Aksi negara2 Barat yang paling penting dan memberikan hasil paling hebat adalah pendirian organisasi Turki Muda yang beraktifitas di bawah bendera Komite Persatuan dan Kemajuan. Komite ini didirikan di Paris oleh pemuda2 Turki yang benaknya telah dipenuhi dengan pemikiran Perancis dan dididik kuat dengan konsep Revolusi Perancis.
Ketika mereka menyadari bahwa mengendalikan angkatan bersenjata merupakan jalan untuk mengendalikan seluruh kekuasaan, maka mereka berupaya melakukan pengangkatan pimpinan angkatan bersenjata berdasarkan kebijakan partai. Akibatnya, seluruh anggota tentara memilih masuk partai daripada berkarir di militer.
Paham nasionalisme yang mereka anut ini membangkitkan gagasan nasionalisme di kalangan masyarakat negara Islam. Akibatnya, bangsa Albania di Astana mendirikan komite mereka sendiri, diikuti oleh bangsa Sirkasia dan Kurdi. Begitu juga bangsa Romawi dan Armenia mendirikan organisasi rahasia mereka sendiri. Bangsa Arab juga mendirikan organisasi Persaudaraan Arab-Utsmaniyyah di Astana.
Tapi Komite Persatuan dan Kemajuan bersifat chauvinistik, khususnya terhdap bangsa Arab. Mereka membiarkan setiap kaum mendirikan organisasi etnik sendiri, namun mereka mulai menentang pendirian organisasi2 Arab. Mereka membubarkan Komite Arab dan menutup perkumpulan organisasi tersebut dengan keputusan pemerintah.
Mereka juga melakukan praktik diskriminasi etnik dalam tubuh angkatan bersenjata. Mereka menarik perwira2 Arab dari wilayah mereka masing2 ke Istanbul dan menghalangi mereka mengikuti pendidikan kemiliteran di Jerman. Rasisme antara bangsa Turki dan Arab di kalangan militer pun semakin menyolok dan menjadi2. Perwira2 berkebangsaan Turki memperlihatkan sikap rasisme dalam melaksanakan promosi dan penempatan posisi2 penting dalam angkatan bersenjata.
Hal ini diikuti dengan langkah2 yang diterapkan pada sejumlah badan pemerintahan, semisal melepaskan Kementrian Waqaf dari tangan seorang Arab dan menyerahkannya pada seorang berkebangsaan Turki. Mereka juga mengangkat orang2 berkebangsaan Turki sebagai Gubernur di wilayah2 Arab, dipilih dari orang2 yang tidak bisa berbahasa Arab.
Kemudian mereka menghilangkan bahasa Arab yang sepanjang sejarah Negara Islam selalu menjadi bahasa resmi negara, dan menggantinya dengan Bahasa Turki, sampai2 mereka mulai mengajarkan tata bahasa Arab dengan pengucapan bahasa Turki.
Komite meneruskan kebijakan rasis tersebut dan ketika mereka memperoleh kekuasaan, mereka mulai mengubah program2 komite menjadi khusus bagi kepentingan bangsa Turki. Perubahan ini memicu pengunduran diri semua anggota berkebangsaan Arab, Albania, Armenia, dan lainnya.
Sementara itu di luar Negara Islam, negara2 Eropa membantu upaya agen2 mereka yang tengah melakukan keguncangan etnis, dengan melakukan tekanan2 agar Daulah Utsmaniyyah melakukan reformasi modern dalam pemerintahannya. Sekalipun mereka belum dapat memaksakan sistem demokrasi kepada Negara Islam, namun mereka berhasil memasukkan beberapa perundang2an Barat sejak tahun 1856. Mereka terus menerus berupaya, hingga Partai Turki Muda memberontak terhdap Sultan pada tahun 1908. Mereka mendeklarasikan konstitusi pada tanggal 21 Juli 1908 di Salonika, dan pada bulan yang sama mereka menuju Istanbul, mendudukinya, dan memaksa Sultan menyetujui konstitusi.
Dengan semua langkah ini, maka tinggal satu langkah lagi yang ada dalam benak negara2 kafir Barat, yakni menghancurkan Khilafah dan menghapusnya selama2nya. Maka tidak lama setelah Perang Dunia Pertama pecah dan Daulah Utsmani berpihak kepada Jerman, negara2 kafirpun mendapatkan kesempatan untuk menghancurkan Khilafah.
Kali ini boneka yang dimainkan Inggris adalah Musthafa Kemal. Ia adalah seorang prajurit yang begitu memuja Barat dan menentang pemikiran2 Islam. Ia juga diketahui condong kepada Inggris dan membenci Jerman. Dengan posisinya yang semakin meningkat dalam kemiliteran, ia pun mulai melakukan pengkhianatan2 kepada negara. Dalam kancah perang dimana ia seharusnya menjaga wilayah2 Daulah Utsmani, ia malah membiarkannya dikuasai Inggris, semisal Baghdad dan Suriah.
Akhirnya Perang Dunia Pertama usai dengan Jerman dan Daulah Khilafah sebagai pihak yang kalah, dan Sekutu sebagai pihak yang menang. Inggris sebagai pemimpin Sekutu pun mendapatkan peran pemenang yang besar. Dengan bekal racun nasionalisme dan chauvinistik patriotik yang sebelumnya telah ditanamkan pada kaum muslimin, Inggris pun dengan mudah membagi wilayah Daulah Khilafah menjadi wilayah2 kecil.
Langkah selanjutnya, Inggris memfokuskan perhatian ke pusat kekhilafahan. Ia melakukan sejumlah manuver politik guna mengendalikan negara Khilafah untuk kemudian menggulingkan pemerintah dan menghancurkan Khilafah. Berbagai upaya untuk menjerumuskan Khilafah dalam krisis politik dilakukan. Peperangan buatan untuk mengadu domba rakyat Turki dan tentara Yunani pun diciptakan guna menjatuhkan kepercayaan rakyat kepada Khalifah dan guna semakin mencuatkan nama Musthafa Kemal.
Ketika kredibilitas Khalifah semakin pudar, Musthafa Kemal pun membuat pemerintahan bayangan di Ankara. Disusul dengan mencabut kekuasaan Khalifah, hingga status Khalifah akhirnya hanya tinggal status kosong tanpa kewenangan.
Episode inipun berakhir dengan pengumuman dihapuskannya sistem Khilafah pada tanggal 3 Maret 1924 oleh Musthafa Kemal, dan diproklamirkannya Republik Sekuler Turki. Kaum muslimin di berbagai belahan negeri berduka. Berbagai gerakan Islam didirikan guna menegakkan kembali Negara Islam, yang hingga kini belum juga berhasil.
Kaum muslimin terkotak2 menjadi lebih dari 50 negara. Mereka semuanya menerapkan sistem pemerintahan kufur, mengadopsi Barat sang penjajah. Berbagai tragedi bermunculan. Pembantaian di mana2, nyawa tidak lagi berharga. Kekayaan alam mereka dihisap sang srigala yang telah berhasil menghancurkan Khilafah sang penjaga umat.
Negeri2 Islam yang sebenarnya kaya raya dijerat dengan lilitan hutang yang membuat umat begitu menderita. Termasuk Indonesia. Dengan alasan murahan berupa harga minyak mentah di pasar internasional semakin mahal, pemerintah menaikkan harga BBM. Bull shit.
Jadi, dimanapun Anda berjuang, janganlah lupa bahwa semua kesengsaraan rakyat sebenarnya bermula pada satu hal, yakni hancurnya Negara Khilafah Islam 81 tahun yang lalu. Perjuangkanlah! Jangan sampai Anda seperti orang bodoh yang terjebak dalam trik kuno pengalihan perhatian.

Rujukan:
Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, AQ. Zallum, Juni 2001.
Akar Nasionalisme di Dunia Islam, Shabir Ahmed & Abid Karim, Desember 1997.